Rabu, 25 Agustus 2021
POTRET EKONOMI SULSEL
POTRET PARUH PERTAMA DAN PROSPEK PARUH KEDUA EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2021
AGUSSALIM
Dosen FEB-UNHAS dan Tenaga Ahli TGUPP Sulsel
Sebagaimana telah diperkirakan sebelumnya, perekonomian Sulawesi Selatan (Sulsel) tumbuh positif pada Kuartal Kedua (Q2) 2021. Rilis data BPS beberapa waktu yang lalu memperlihatkan bahwa ekonomi Sulsel di Q2 2021 tumbuh impresif sebesar 7,66 persen (y-on-y) mengikuti tren Nasional yang tumbuh 7,07 persen. Capaian ini mengindikasikan ekonomi Sulsel telah keluar dari jebakan resesi ekonomi.
Impresifnya pertumbuhan ekonomi Sulsel mudah dipahami mengingat perekonomian Sulsel pada Q2 tahun sebelumnya mengalami kontraksi yang cukup dalam di angka -3,87 persen. Angka ini adalah yang terendah selama masa pandemi Covid-19. Dengan kata lain, ekonomi Sulsel bisa tumbuh 7,66 persen karena berangkat dari basis angka yang rendah (-3,87%). Oleh karena itu, kinerja ekonomi di Q2 2021 harus diintrepretasi secara hati-hati. Mengingat pengukuran pertumbuhan ekonomi didasarkan atas perbandingan kondisi pada dua titik waktu yang berbeda, atau dikenal dengan istilah year on year (y-on-y), maka ketika ekonomi tumbuh positif di Q2 2021, sesungguhnya itu hanya sekedar menjelaskan bahwa kondisi ekonomi di Q2 2021 relatif lebih baik dibandingkan dengan kondisi yang sama tahun sebelumnya. Di setiap peristiwa ekonomi yang terpuruk, selalu ada “efek pegas” yang bekerja untuk memulihkan kembali kondisi ekonomi.
Jika diakumulasikan, selama paruh pertama (Semester I) tahun 2021, perekonomian Sulsel hanya tumbuh sebesar 3,71 persen (c-to-c). Ini tidak terlepas dari kondisi ekonomi Sulsel di Q1 2021 yang terkontraksi -0,21 persen. Namun angka ini relatif lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada Semester I tahun sebelumnya (-0,51%).
Kuatnya pertumbuhan ekonomi di Q2 2021 menjadi sinyal terjadinya proses pemulihan ekonomi di Sulsel. Secara meyakinkan, perekonomian Sulsel kembali ke jalur positif setelah mencatat pertumbuhan ekonomi negatif selama empat kuartal berturut-turut (secara teknis, para ekonom sepakat bahwa perekonomian disebut berada pada resesi ketika pertumbuhan ekonomi mencatat angka negatif selama dua kuartal berturut-turut).
Sejauh yang bisa diamati, keluarnya perekonomian Sulsel dari jebakan resesi akibat adanya tren positif pada sejumlah indikator ekonomi seiring dengan mobilitas orang yang cenderung meningkat, aktivitas ekonomi yang lebih longgar, dan pembatasan sosial yang tidak lagi seketat tahun sebelumnya. Kombinasi antara kemampuan pemerintah mengelola pandemi yang semakin membaik dan kemampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan kebiasaan baru (new normal), menjadi faktor penting membaiknya situasi.
Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan positif terjadi pada 16 kategori lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor transportasi dan pergudangan sebesar 11,05 persen diikuti oleh jasa perusahaan sebesar 9,85 persen, dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 8,97 persen. Satu-satunya lapangan usaha yang masih tumbuh negatif selama Semester I 2021 adalah sektor pertambangan dan penggalian (-7,70%). Sektor ini juga masih berkontribusi negatif terhadap pertumbuhan selama Q2 2021.
Sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan yang selama ini menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sulsel, masih tumbuh lambat dan belum kembali ke jalur normal. Selama paruh pertama 2021, kedua sektor ini hanya tumbuh masing-masing 1,03 persen dan 1,92 persen. Dua jenis industri yang menjadi penopang utama struktur industri Sulsel, yaitu industri makanan dan minuman dan industri barang galian bukan logam, mulai membaik setelah mengalami kontraksi di paruh pertama tahun sebelumnya. Aktivitas perdagangan juga terus membaik seiring dengan kian lancarnya distribusi barang dan berkurangnya pembatasan aktivitas pusat-pusat perdagangan.
Catatan positif perlu diberikan kepada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Selama Q2 2021 dan Semester I 2021, sektor ini tumbuh impresif, yaitu masing-masing bertumbuh 3,31 persen dan 5,31 persen. Membaiknya kinerja sejumlah komoditas pertanian, terutama padi/beras dan rumput laut menjadi faktor penting dibalik membaiknya kinerja pertanian. Pada paruh pertama 2021, pemerintah daerah Sulsel sungguh-sungguh memberi perhatian terhadap sektor ini karena didasari atas sebuah fakta bahwa sektor ini tidak rentan terhadap pandemi (setidaknya jika dibandingkan dengan sektor lain) dan dapat diharapkan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di masa resesi.
Dari sisi pengeluaran, membaiknya perekonomian Sulsel disebabkan oleh mulai pulihnya seluruh komponen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), terutama pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang selama ini menjadi engine of growth. Pada paruh pertama 2021, pengeluaran konsumsi rumah tangga tumbuh positif. BPS mencatat, pengeluaran konsumsi rumah tangga bertumbuh sebesar 7,55 persen di Q2 2021 (y-on-y) dan 1,80 persen di Semester I 2021 (c-to-c). Pertumbuhan ini mampu memberi daya ungkit yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Sulsel, mengingat komponen ini menyumbang lebih dari setengah terhadap pembentukan PDRB. Pertumbuhan komponen ini tampaknya dipicu oleh efek inflasi yang tetap terjaga. Berdasarkan rilis data BPS, laju inflasi sepanjang paruh pertama 2021 hanya 2,15 persen, tetap berada pada rentang target inflasi Bank Indonesia. Angka ini juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan inflasi paruh pertama tahun sebelumnya, yang memungkinkan aktivitas konsumsi masyarakat tetap terjaga.
Demikian pula PMTB, juga bertumbuh kuat di Q2 2021 yaitu 7,71 persen, yang merupakan angka tertinggi selama pandemi. Selama paruh pertama 2021, PMTB tumbuh sebesar 3,02 persen, berada di atas pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga. Mengingat PMTB merupakan penyumbang terbesar kedua terhadap PDRB setelah pengeluaran konsumsi rumah tangga, maka setiap kali terjadi peningkatan PMTB akan memberi pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Selain pengeluaran konsumsi rumah tangga dan PMTB, komponen pengeluaran konsumsi pemerintah dan ekspor juga memberi dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Selama paruh pertama 2021, pengeluaran konsumsi pemerintah dan nilai ekspor tumbuh positif masing-masing sebesar 8,62 persen dan 11,10 persen (y-on-y). Situasi ini tidak terlepas dari membaiknya daya serap anggaran dan meningkatnya nilai ekspor beberapa komoditas, terutama nikel; rumput laut; garam, belerang dan kapur; ikan, udang, dan hewan air lainnya, seiring dengan membaiknya permintaan global.
Lalu, bagaimana prediksi pertumbuhan ekonomi di paruh kedua 2021? Diperkirakan pertumbuhan ekonomi di Q3 2021 akan lebih lambat dibandingkan Q2 2021. Kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) oleh pemerintah pusat untuk Kota Makassar yang mulai diberlakukan sejak 6 Juli 2021, berpotensi memperlambat pertumbuhan. Sektor transportasi dan pergudangan yang tumbuh paling mengesankan di Q2 2021, diperkirakan akan kembali terkoreksi ke bawah. Demikian pula dengan sektor konstruksi dan sektor perdagangan (dua sektor yang selama ini menjadi menopang utama perekonomian Sulsel) yang mulai menunjukkan perbaikan di Q2 2021, dipastikan akan kembali melambat akibat kebijakan PPKM.
Oleh karena itu, untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di paruh kedua 2021, maka dari sisi produksi (supply side), pemerintah daerah perlu tetap mendorong peningkatan produktivitas komoditas pertanian (terutama komoditas pangan utama dan komoditas berorientasi ekspor), mengupayakan hilirisasi komoditas unggulan, melanjutkan proyek-proyek infrastruktur pemerintah, menjaga pasokan dan distribusi barang, dan terus mengintensifkan digitalisasi UMKM.
Sedangkan dari sisi pengeluaran (demand side), pemerintah daerah perlu menjaga inflasi tetap dikisaran 2-3 persen untuk mempertahankan daya beli masyarakat. Pemerintah daerah bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) perlu memberi perhatian terhadap harga bahan makanan yang masih mencatat tingkat inflasi paling tinggi. Selain itu, pemerintah daerah juga perlu terus memastikan daya serap anggaran dengan tetap memperhatikan efisiensi dan efektifitas pengalokasian anggaran. Pada saat yang sama, pemerintah Sulsel perlu terus merangsang dan mendorong ekspor komoditas dan penanaman modal, melalui dukungan kebijakan yang tepat, peraturan dan regulasi yang jelas, pelayanan yang cepat dan murah, serta keamanan dan ketertiban yang terjaga.
Lebih dari semua itu, penanganan pandemi Covid-19 harus tetap menjadi fokus kebijakan. Proses vaksinasi warga harus terus berjalan bersamaan dengan edukasi kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan. Karena jika covid varian delta terus menebar ancaman, bukan tidak mungkin ekonomi Sulsel akan kembali terpuruk. Kecuali jika kita tidak peduli, masa bodoh, dan merasa kebal dengan wabah ini, ekonomi mungkin akan tetap tumbuh tapi bersamaan dengan meningkatnya jumlah kasus kematian.
Makassar, 25 Agustus 2021
0 comments:
Posting Komentar